Selasa, 26 Juli 2011

suka cita ramadhan

Bergembiralah...

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam masih hidup, beliau menyambut Ramadhan dengan wajah berseri-seri. Ada tiga faktor penyebab utama :
Pertama momentum kembalinya manusia kepada fithrah (jati diri) mereka. Ibadah-ibadah yang ada selama Ramadhan -- terutama shiyam dan qiyam el lail menjanjikan "keampunan Allah" bagi setiap insan mengamalkannya.

Keampunan dari Allah berdampak kepda kesucian diri, dan hasilnya adalah kejernihan berfikir, kebersihan bertindak. Sasaran akhir adalah lahirnya pribadi-pribadi yang bertanggungjawab, memiliki kedisiplinan hidup yang tinggi, danakhlak yang mulia.
Momentum keampunan Allah pasti akan berbuah kepada stabilitas hidup dan menumbuhkan stabilitas keamanan, baik secara pribadi, lingkungan, regional dan nasional. Faktor ini membawa kecerahan dalam mengharungi kehidupan duniawi, yang tentu saja akan tercipta dengannya "hari esok yang lebih baik dari hari ini", suatu prinsip yang sangat di dambakan di dalam proses pembangunan natural bangsa atau negara. Kedua nilai tambah ibadah selama Ramadhan, karena bulan ini disebut sebagai bulan berlapang-lapang (syahrul muwassah).

Tidak satupun gerak, tindak, dan fikir, para shaimin yang terlepas dari kaitan ibadah (taqarrub ilallah). Bahkan,karena nilai pembentangan (junnatun) yang dipunyai Ramadhan, bisa menghambat timbulnya perbantahan dan perpecahan pribadi, maupun kelompok. Sebagaimana di pesankan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, bila satu ketika diantara sesama kita terjadi perselisihan, perbantahan ataupun perkelahian, cukuplah ia antisipasi dengan mengatakan "inii-shaim". Artinya, "sungguh aku tengah berpuasa", tidak pantas bila ia saat-sat seperti ini terjadi perselisihan sesama kita.

Selama Ramadhan dibentuk watak yang baik tidak mau berbantahan. Dan yang ada hanyalah kerukunan dalam arti yang dalam dan penuh makna. Dengan ini lahirlah keselamatan yang sanggup menciptakan keamanan dan ketentraman lingkungan sebagai modal paling berharga untuk menjamin kelanjutan dari proses pembangunan bangsa.
Ketiga, didalam bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih utama dari seribu malam. Malam yang disebut sebagai "malam lailatul qadar"1 dengan nilai lebih baik dari seribu bulan. Pada saat pertama di lima belas abad yang lalu, malam itulah pertama diturunkannya Alquranul Karim yaitu surat Al 'Alaq QS. 96, ayat 1 – 5.